fbpx

Penyebab Resesi Ekonomi

Resesi Ekonomi

Resesi merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang penting dalam waktu pasif dan lama, dimulai dari berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Resesi juga adalah penyusutan besar-besaran dalam hal kegiatan ekonomi. Dampaknyapun mulai dari kinerja insrumen investasi yang bisa mengalami penrunan sehingga investor akan lebih venderung menempatkan dananya dalam berinvestasi yang aman sehingga melemahnya daya beli masyarakat karena lebih cendering selektif dalam menggunakan dananya dengan fokus untuk memenuhi kebutuhan pokok dahulu.

Resesi merupakan periode dimana adanya penurunan aktivitas ekonomi pada umumnya ditandai dengan menurunnya produk domestik bruto dalam dua kuartal secara berturut-turut. Untungnya Indonesia sampai saat ini belum termasuk dalam kondisi resesi, meskipun begitu kita mengetahui lebih dekat dengan faktor-faktor apa saja yang bisa menyebabkan ekonomi pada suatu negara:

Beberapa penyebab resesi ekonomi diantaranya sebagai berikut :

  1. Inflasi

Inflasi adalah suatu kondisi di mana harga barang dan jasa secara umum terus naik seiring waktu, dan daya beli uang menurun. Dalam inflasi, jumlah uang yang beredar di pasar lebih besar daripada jumlah barang dan jasa yang tersedia, sehingga permintaan terhadap barang dan jasa meningkat dan harga naik. Dampak dari inflasi yang tinggi adalah daya beli uang menurun, sehingga konsumen harus membayar lebih mahal untuk membeli barang dan jasa yang sama. Inflasi juga dapat memicu spekulasi dan mengganggu aktivitas ekonomi karena tidak mungkin untuk menetapkan harga dan rencana ke depan dengan jelas. Untuk mengendalikan inflasi, bank sentral dapat menaikkan suku bunga atau mengurangi jumlah uang yang beredar di pasar. Pulau Bali mengalami Inflasi sebesar 0,66 % (mtm), secara bulanan IHK gabungan itu meningkat dibandingkan dari bulan sebelumnya yaitu sebesar 0,48 % (mtm) terutama akibat adanya kenaikan harga komoditas pada kelompok makanan, minuman dan juga tembakau .

  1. Deflasi Berlebihan

Deflasi berlebihan adalah kondisi ketika tingkat umum harga barang dan jasa terus menurun dalam jangka waktu yang lama, sehingga nilai uang menjadi lebih besar dari yang seharusnya. Begitupun deflasi yang terjadi pada daerah Bali, selama bulan februari 2022, Bali mengalami deflasi sekitar -0,44% (mtm), yang mana pada bulan sebelumnya sudah mencatat inflasi 1,03% (mtm).
Perkembangan ini disebabkan oleh deflasi diseluruh komponen barang serta jasa, dengan deflasi terdalam terjadi kepada kelompok volatile foods, dan juga oleh kelompok administered price serta core inflation. Deflasi terjadi ketika permintaan terhadap barang dan jasa menurun, sedangkan penawaran tetap tinggi atau meningkat.  Dampak dari deflasi berlebihan adalah merosotnya pendapatan produsen, penurunan harga aset, dan peningkatan tingkat pengangguran. Hal ini karena ketika harga terus turun, produsen cenderung memangkas produksi dan pekerjaan. Untuk mengatasi deflasi, pemerintah dapat mendorong permintaan dengan memotong pajak atau meningkatkan pengeluaran, sedangkan bank sentral dapat menurunkan suku bunga dan meningkatkan jumlah uang yang beredar di pasar.

  1. Gelembung Aset

Gelembung aset adalah kondisi di mana harga aset tertentu, seperti saham, real estate, atau komoditas yang meningkat secara tidak wajar dan tidak seimbang dengan nilai intrinsiknya. Gelembung aset tersebut terjadi ketika investor dan spekulan membeli aset dengan harapan harga akan terus meningkat, bukan hanya karena nilai intrinsik aset tersebut. Dampak dari gelembung aset yaitu jika harga aset mengalami penurunan tajam atau terjadi koreksi pasar, maka banyak investor yang akan mengalami kerugian besar-besaran. Hal ini dapat berdampak buruk pada perekonomian secara keseluruhan karena hilangnya kepercayaan investor dan penurunan nilai aset. Untuk menghindari gelembung aset, pemerintah dan bank sentral perlu memperhatikan perkembangan pasar dan mengambil tindakan pencegahan jika diperlukan, seperti mengatur kebijakan moneter dan fiskal yang seimbang dan menjamin transparansi di pasar.

  1. Guncangan ekonomi yang Mendadak

Guncangan ekonomi yang mendadak dapat memicu resesi, terutama jika dampaknya sangat besar dan berdampak pada sektor-sektor ekonomi utama. Guncangan ekonomi yang mendadak dapat memicu penurunan produksi dan permintaan, serta mengurangi kepercayaan investor dan konsumen, yang dapat mengganggu aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Untuk menghindari resesi akibat guncangan ekonomi yang mendadak, pemerintah dan bank sentral perlu mengambil tindakan untuk menstabilkan pasar keuangan dan meningkatkan kepercayaan investor dan konsumen. Tindakan tersebut meliputi stimulus fiskal dan moneter, dukungan keuangan kepada lembaga keuangan yang mengalami kesulitan, dan kebijakan transparansi dan stabilisasi pasar yang kuat.

  1. Tingkat Pengangguran Tinggi

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang berperan penting didalam penggerak perekonomian. Jika di dalam suatu negara tidak bisa menciptakan lapangan perkerjaan yang berkualitas untuk para tenaga kerja lokal, maka tingkat pengangguran pun meningkat. Resikonya yaitu tingginya tingkat kriminal dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Itulah beberapa faktor yang mempengaruhi resesi ekonomi.

 

Konsultasi dg Saya?
Hello, Selamat datang di Dad Bali Property

Ada yang bisa Saya Bantu?